Rabu, 16 November 2011

Sharing dengan Narasumber Konselor "Kak Ganda"

Pada tanggal 15 November, perkuliahan Bimbingan dan Konseling tidak diisi dengan metode perkulihan presentasi biasa, namun hari itu ada suasana yang berbeda, dimana kami kedatangan tamu seorang psikolog yang juga merupakan salah satu alumni pertama Fakultas Psikologi USU, yang bernama kak Ganda Mery Yosephin Simatupang atau yang biasa disapa Kak Ganda. Pada hari itu kak Ganda sharing mengenai 4 topik. yaitu Apa itu konseling sekolah? ; Siapa yang cocok menjadi konselor sekolah? ; Apa peluang kerja konselor sekolah? ; dan Apa saja kelemahan konselor sekolah?.

Berikut hasil sharing yang diperoleh:

Apa itu konseling sekolah?
Konseling sendiri bukan sekedar membimbing konseli atau membantu memecahkan masalah mereka secara langsung, namun bagaimana konselor dapat meraih jiwa konseli. jadi disini konselor harus bisa memahami dengan baik jiwa dari konseli itu sendiri.

Siapa yang cocok menjadi konselor sekolah?
Biasanya merupakan orang-orang yang sudah mengikuti pelatihan khusus untuk menjadi seorang konselor. tetapi seorang sarjana psikologi juga dapat menjadi konselor meskipun orang tersebut bukan merupakan seorang psikolog selama orang tersebut pernah mengikuti pelatihan khusus. Jadi, jika sudah professional atau memiliki kemampuan khusus di bidangnya, baru ia dapat menjadi seorang konselor sekolah.

Apa peluang kerja konselor sekolah?
Peluang bekerja sebagai konselor sangat besar karena hampir disemua sekolah belum memiliki konselor sekolah. Bagi seorang sarjana psikologi, untuk menjadi seorang konselor tentunya sangat berpeluang karena hampir semua sekolah lebih mau merekrut sarjana psikologi untuk menjadi konselor di sekolahnya daripada seorang psikolog sendiri, dikarenakan faktor gaji. 

Apa saja kelemahan konselor sekolah?
  1. Sekolah kurang menghargai konselor dan tidak tahu arti pentingnya konselor sekolah.
  2. Sekolah merasa tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk konselor sekolah.
  3. Sekolah beranggapan bahwa mereka bisa menangani masalah siswanya sendiri tanpa   meminta bantuan seorang konselor sekolah.
  4. Sekolah berasumsi bahwa orangtua daripada siswa dapat menyelesaikan masalah anaknya sendiri.
Di kota Medan sendiri, menurut survey yang telah dilakukan, hanya ada 3 dari 200 sekolah yang punya psikolog, yang lainnya hanya punya guru BP, sekolah yang memiliki psikolog biasanya merupakan sekolah-sekolah swasta (termasuk sekolah sutomo dan immanuel). Konselor yang efektif tergantung siswanya, idealnya 1 : 50 dimana maksudnya 1 konselor untuk 50 orang siswa atau satu kelas agar konselor tersebut lebih bisa memperhatikan perkembangan siswa-siswi lebih baik lagi. Namun karena hal tersebut kurang memungkinkan, maka keberadaan psikolog di sekolah sejauh ini masih sangat minim.

Selasa, 01 November 2011

Kelompok 6 Asas-asas Layanan Bimbingan Konseling

Hasil diskusi dan tanya jawab presentasi kel 6 

(Asas-asas layanan bimbingan "konseling")

Secara umum, presentasi kali ini membahas mengenai  hal-hal yang harus diperhatikan di dalam komunikasi  antarpribadi di dalam konseling, kondisi eksternal  (setting ruangan), kondisi internal (bagaimana sikap, kepercayaan dan kepribadian konseli dan konselor  berpengaruh terhadap sesi konseling), teknik-teknik konseling verbal dan nonverbal beserta bagaimana  peran tenaga pengajar di dalam proses konseling.  Berikut ini akan dibahas pertanyaan yang muncul di sesi :

TANYA JAWAB
Teknik-teknik di dalam konseling dapat dibedakan  menjadi dua yaitu teknik konseling verbal dan  teknik konseling nonverbal. Tidak harus semua teknik digunakan di dalam proses konseling, teknik tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, misalnya : teknik probing dapat digunakan ketika konseli hanya memberikan  informasi yang sangat terbatas kepada konselor, contoh : 
Konseli (Ki) : Saya merasa sedih..
Konselor (Kr) : Apa yang membuat anda merasa sedih?
Ki : keluarga..
Kr : Apa yang terjadi di dalam keluarga?
Setiap teknik memiliki manfaat masing-masing sehingga tidak dapat dikategorikan mana  teknik yang paling penting.

ROLE PLAY 
Sesi presentasi pada hari selasa tanggal 25 Oktober 2011 (kamis) diisi dengan sesi role play dimana semua peserta presentasi ikut serta di dalam role play sehubungan dengan teknik konseling verbal yang ada di buku. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok, dan setiap kelompok menyusun role play yang berkaitan dengan teknik-teknik konseling tersebut. Tujuan diadakannya role play adalah membuat peserta lebih semangat di dalam mengikuti jalannya presentasi, selain itu peserta dapat lebih memahami teknik-teknik konseling dengan cara mempraktikkannya. Berikut adalah hasil dokumentasi dari sesi role play :



kelompok 1














kelompok 3

















Daftar Pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Kelompok 6

Kelompok 6 Asas-asas Layanan Bimbingan Konseling

Asas-asas layanan bimbingan konseling

Slide asas-asas layanan bimbingan konseling (pptx/2007)
Slide asas-asas layanan bimbingan konseling (ppt/2003)


Kelompok 6
Winda Dwiastuti (08-025)
Septi Utami Anugrah (08-047)
Regina Ophelia (08-071)
Sabethia Maristhella (08-109)
Astri Megah Krista (08-118)