Kamis, 12 Januari 2012

UAS 2011/2012

8 komentar:

  1. 1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan guidance cource. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan hasil penilaian tugas observasi kelompok anda?

    BalasHapus
  2. Guidance course (Program bimbingan) merupakan suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri.

    Berikut merupakan program-program yang diberikan, seperti:
    1. Bimbingan pendidikan yaitu jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.
    Yang tergolong masalah-masalah pendidikan misalnya, pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, perencanaan pendidikan, dan sebagainya.
    2. Bimbingan karir yaitu jenis bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karir seperti: pemahaman terhadap dunia kerja, perencanaan karir, penyesuaian pekerjaan, pemilihan lapangan kerja, dan pemahaman terhadap keadaan dirinya serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan karir.
    3. Bimbingan sosial-pribadi-emosional yaitu jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi-emosional seperti: masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya.

    Variasi Guidance course (program bimbingan) menurut Jenjang pendidikan Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
    a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah dirumuskan.
    b) Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada tahap perkembangan tertentu.
    c) Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
    d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
    e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan.
    f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalkan konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.

    Berdasarkan rambu-rambu tersebut, Guidance course (program bimbingan) untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya.

    a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
    Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan formal dan lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah.

    b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
    Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar, Gibson dan Mitchell (19810) mengemukakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, seperti:
    a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
    b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
    c) Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
    d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
    e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, dan tidak terlalu kompleks.

    BalasHapus
  3. c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
    Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
    a) Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
    b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
    c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.
    d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
    e) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan atau pekerjaan.

    d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
    Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
    a) Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.
    b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
    c) Bimbingan cara belajar.

    e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
    Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
    1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
    2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

    Dari hasil observasi yang kami peroleh, program bimbingan yang diberikan pada sekolah ini sudah baik dalam hal bimbingan pendidikan maupun bimbingan karir. Seperti hal dalam bimbingan pendidikan, yaitu beberapa anak yang mengalami penurunan akademik akan dibimbing oleh guru BK untuk bersama-sama mencari tahu penyebab kemunduran prestasi anak tersebut.

    Namun, pada bimbingan sosial-pribadi-emosional juga masih kurang dikarenakan masalah-masalah yang muncul di sekolah ini sangat sering berhubungan dengan emosional seperti Perkelahian antar geng yang sering terjadi. Ada beberapa geng yang terdiri dari semua siswa SMP, siswa SMA dan gabungan antara siswa SMP dan siswa SMA. Pernah terjadi pemukulan antar geng di kamar mandi yang sampai melibatkan polisi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa bermasalah yang kami jumpai, perkelahian tersebut terkadang menimbulkan luka fisik seperti memar dan darah di wajah.

    Selain itu, masalah emosional lainnya yang ada di SMP Raksana merupakan masalah emosional remaja yang stabil, hal ini memunculkan perilaku yang detsruktif seperti membolos, merokok, melawan guru.

    Jika dikaitkan hasil observasi yang kami peroleh dengan mengenai program bimbingan di SMP, secara garis besar sudah berorientasi kepada bimbingan belajar, bimbingan tentang hubungan muda-mudi, hubungan sosial, tugas perkembangan, dan juga bimbingan karir.

    BalasHapus
  4. 2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.

    BalasHapus
  5. Teori konseling yang digunakan yaitu Client-centered. Pendekatan konseling client-centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Client diposisikan untuk memiliki kesanggupan-kesanggupan dalam membuat keputusan.

    Pada prosesnya, dosen sebagai konselor dan kelompok sebagai konseli. Awalnya, konselor menanyakan proses dalam pembuatan laporan observasi. Lalu, kelompok menceritakan bagaimana hasil laporan yang diperoleh. Sebelumnya konseli telah mengetahui nilai yang diperoleh dari hasil laporan maupun kekurangan dalam pembuatan tugas laporan tersebut. Lalu konselor bertanya kepada masing-masing individu untuk menceritakan bagaimana proses pengerjaannya tugas tersebut. Lalu kelompok menjelaskan bagaimana pengerjaan tugas tersebut yang sangat mendekati deadline sehingga terburu-buru dan pada prosesnya masing-masing individu mengerjakan salah satu topik, lalu kemudian menyelesaikannya tugas tersebut secara bersama-sama. Lalu konselor bertanya, mengapa begitu banyak kekurangan dalam hasil laporan tersebut. Akhirnya kelompok juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang dihadapi pada proses pembuatan laporan tersebut.

    Pada saat proses diskusi berlangsung, konselor juga bertanya mengenai nilai ujian MID. Lalu, masing-masing menceritakan bagaimana proses pengerjaan saat itu, seperti kurangnya waktu. Lalu, konselor menanyakan kembali apakah dikarenakan karena kurangnya waktu. Lalu, kelompok mengakui bahwa bukan hanya kekurangan waktu tapi juga karena kesalah kelompok sendiri yang kuranganya persiapan dan tidak terlalu menguasai isi buku. Pada akhirnya, kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan pada proses belajar.

    Kesimpulan, konselor membantu konseli mengakui dan mengungkapkan seluruh kendala yang dialami oleh kelompok dalam pengerjaan laporan tugas observasi dan juga pada saat pengerjaan soal ujian Mid.

    BalasHapus
  6. 3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).

    BalasHapus
  7. Jika saya sebagai konselor pendidikan tinggi, hal pertama yang saya lakukan yaitu saya akan menggunakan teori pendekatan afektif Psikologi Individual terlebih dahulu. Tujuan konseling individual itu sendiri yakni mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan. Permasalahan yang terjadi dalam kelompok, tentu saja bisa berasal dari masing-masing individu dari kelompok tersebut sehingga pada tahap awal konseling ada baiknya diberikan pada tiap individu. Dalam konseling dengan menggunakan teori individual, perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri dalam kelompok sosialnya, dimana anggota dalam kelompok kerap mengalami rasa rendah diri karena berbagai kelemahan dan kekurangan yang mereka alami, dan berusaha untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri melalui aneka usaha mencari kompensasi terhadap rasa rendah diri itu, dengan mengejar kesempurnaan dan keunggulan dalam satu atau beberapa hal. Peran konselor disini yakni bagaimana memberikan motivasi terhadap individu dalam kelompok untuk menguasai situasi hidupnya, sehingga dia (individu tersebut) merasa puas dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri.

    Selanjutnya sebagai konselor, saya akan menggunakan client-centered counseling dimana menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Pada prosesnya, fokus utama yakni memberikan kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah. Selama proses konseling berlangsung, semua pengalaman nyata dalam kelompok dibiarkan mucul dan disadari sepenuhnya sehingga lama-kelamaan akan membawa konseli ke penyelesaian masalah yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Ketika individu (mahasiswa) mulai mengakui sepenuhnya pada masalah yang dihadapinya dalam kelompok (misalnya. rasa iri) sehinga dia mulai menyadari bahwa tindakannya tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, mahasiswa itu sendiri yang menetapkan tujuan apa yang ingin dicapainya dalam proses konseling, yakni keselarasan antara ideal self dan real self. Bagaimana bentuk atau wujud keselarasan itu akan ditemukannya sendiri, tanpa diberi atau ada pengarahan oleh konselor. Pada akhirnya, peran konselor pada konseling ini yakni menjadi pendengar yang sabar dan peka, yang meyakinkan konseli dia diterima dan dipahami, konselor memungkinkan konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.

    BalasHapus